KIAI MAS MUHAJIR, MUJAHID DAN NASIONALIS SEPANJANG HAYAT



Buku yang ada di hadapan pembaca adalah hasil riset yang cukup lama dan sangat melelahkan sepanjang penulis menulis buku. Pasalnya, karena memang mulanya data yang ada sangat minim sehingga butuh banyak waktu untuk bergerak menuju sumber data, mulai perpustakaan, wawancara kepada pihak terkait hingga menapaktilasi beberapa tempat yang ada kaitannya dengan sosok yang ditulis, yakni Sayyid Mas Ahmad Muhajir atau lebih dikenal dengan nama K.H. Mas Ahmad Muhajir.

Banyak rintangan menyelesaikan buku ini. Rintangan terberat adalah rasa malas sebab terlalu lama proses sehingga tak kunjung selesai. Hanya saja, untuk menjaga komitmen terus stabil, penulis selalu menyempatkan  "nyarkub" ke makam Kiai Mas Muhajir agar tetap ada ikatan batin sehingga terus terpompa menyelesaikan buku ini. Pelan tapi pasti, akhirnya dengan seijin Allah selesai juga dan menjadi buku sederhana yang ada di depan pembaca ini.

Sekilas Kiai Mas Ahmad Muhajir, selanjutnya disebut, adalah turunan alawiyyin dari fam Basyaiban yang ada di wilayah Ndresmo Surabaya. Ia layak menyandang Sayyid atau Habib di depan namanya, tapi nyatanya gelar itu tergantikan dengan kata “Mas” di depan namanya mengikuti jejak dan arahan para leluhurnya. Tujuannya jelas dalam rangka agar Ia lebih mudah membaur dan tidak terjadi jarak dengan masyarakat  sehingga proses dakwah dapat dilakukan dengan mudah sesuai kultur masyarakat yang dihadapinya.

Hidup di lingkungan kampung santri di Ndresmo Surabaya, Kiai Mas Muhajir mewarisi banyak hal dari para leluhurnya. Salah satunya, adalah semangat dakwah menyebarkan Islam Ahl al-Sunnah wal al-Jama’ah (Aswaja) melalui pesantren An-Najiyah yang menjadi titik pijak awal perjuangannya. Hampir seluruh hidupnya bergumul dengan tradisi kepesantrenan dengan larut dalam kajian kitab kuning atau hidup dalam tradisi sufistik yang masyhur dalam nalar keberagamaan orang-orang pesantren, seperti zuhud, mujahadah, tawakal, dan lain-lain.  

Warisan selanjutnya adalah tentang nasionalisme Kiai Mas Muhajir. Ia tidak hanya bicara cinta tanah air, tapi dibuktikan dengan aksi nyata ikut terlibat dalam melawan penjajahan, khususnya para era perang melawan sekutu di Surabaya tahun 1945. Aktivismenya dalam Laskar Hizbullah mengantarkan pergaulannya dengan para pejuang santri sangat dekat dan akrab, bahkan tetap terjalin dengan baik pasca kemerdekaan. Walau pada akhirnya, pilihan Kiai Mas Muhajir adalah kembali ke pesantren dan berjuang bersama NU, tidak melanjutkan karir kemiliteran sebagaimana para anggota Laskar Hizbullah lainnya.

Oleh karenanya, buku ini ditulis dalam rangka menguguhkan salah satu fakta sejarah tentang keterlibatan para kiai-santri dalam perang melawan sekutu dan NICA di Surabaya tahun 1945. Kontribusinya sangat besar sehingga melalui buku ini diharapkan akan menambah khazanah sejarah, sekaligus bisa memantik untuk meneguhkan kembali nasionalisme santri dalam konteks kekinian dengan belajar pada sosok pejuang santri, Kiai Mas Muhajir. 

Buku ini layak dibaca dalam rangka menjadikan sosok Kiai Mas Muhajir sebagai cermin. Monggo yang tertarik bisa menghubungi admin Penerbit Pustaka Idea; 081330436036 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar